Warga tiga desa di kecamatan Tangan-Tangan kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), keluhkan banjir rop yang menyebabkan tanaman padi mereka yang baru siap ditanam Terendam. Jika banjir rop atau pasang air laut tak segera diatasi, maka akan berakibat padi warga yang masih berumur satu Minggu itu terancam punah.
Desa yang mengalami banjir rop itu merupakan desa yang berada dipesisir laut, yakni desa Blang padang, Padang Kawa dan desa Padang Bak Jok. Keluhan tersebut disampaikan Nyak In (38) warga desa Padang Kawa, bahwa banjir rop tersebut telah dialami warga sejak sepekan terakhir, Rabu (31/5/2017).
Nyak In beserta warga lainnya, juga menyampaikan rasa kekecewaan terhadap Camat kecamatan Tangan-Tangan dan Keuchik setempat karena tidak menanggapi hal yang sedang terjadi tersebut, padahal, akibat banjir rop telah merendam puluhan rumah warga dan puluhan hektar sawah yang baru siap ditanami padi.
"Sama camat sudah kami lapor, hanya di iya kan saja, tapi hingga saat ini tidak tindakan dari camat," ungkap Nyak In nada kecewa.
Kondisi yang telah berulang kali tersebut terkesan tidak ada perhatian serius dari pemerintah, baik dari pemerintah desa, kecamatan maupun kabupaten. Pasalnya, pada saat banjir rop menggenangi rumah dan area persawahan warga, warga terpaksa saban hari melakukan gotor royong bersama membuka muara dengan cara manual, jika tidak aktifitas warga ketiga desa tersebut menjadi terhambat.
Terkesan asal sudah, banjir rop yang saban hari menghantui warga sekitar, dari tahun ke tahun terus dialami warga, penanganan yang tuntas tampak tak pernah dilakukan, sehingga warga terus mengalami hal yang sama tersebut, hal tersebut juga di ungkapkan Hendra (31) warga desa Blang padang kecamatan setempat.
"Meunyoe ka paseung, pade blang pasie nyan terancam gagal panen (jika banjir rop, padi diarea blang pasie-sebutan areal sawah, terancam gagal panen)", sebut Hendra dalam bahasa Aceh seraya mengatakan bahwa, akibat banjir rop tersebut petani daerah itu pernah gagal panen.
Warga ketiga desa itu berharap, pemerintah dapat mengatasi persoalan banjir rop tersebut secara permanen, sehingga hal ini tidak terulang lagi. Warga disana juga mengaku, break water yang pernah dibangun tidak berfungsi dan terkesan hanya meraup untung semata, sebab pembangunan break water itu tampak tak sesuai speck.
"Break water dibangun hanya mencari laba, batu yang digunakan berukuran kecil, seharusnya batu gajah," katanya.
Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Abdya, Amiruddin mengatakan telah menangani hal yang sedang dialami tiga desa di kecamatan Tangan-Tangan tersebut.
"Sudah kita turunkan alat berat kesana, itu karena pasang air laut," ucap Amir.
Amir juga menyebutkan ia siap mengatasi jika banjir rop seperti di Tangan-Tangan itu, hal itu demi mengantisipasi bencana ditengah masyarakat.
"Kita siap kapan saja, tapi harus ada laporan dari Keuchik atau camat setempat," tutup Amir.
Muhammad Taufik