Powered by Blogger.

Mobile Menu

Bola

ShowBiz

Bisnis

Asian Games 2018

CPNS 2018

Liputan9

Liputan9
Liputan9

Menu Bawah

Populer

Follow Us

Advertisement

Top Ads

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

More News

logoblog

Buruh Pertanyakan Kualitas Pengusaha Panasonic

13 September 2018


Ratusan buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) melakukan aksi unjuk rasa di Kedutaan Besar Jepang, kemarin.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap dugaan union busting yang terjadi di PT Panasonic Gobel Energy Indonesia, Cibitung, Bekasi.

Dalam aksinya, buruh mendesak Kedutaan Besar Jepang untuk menegur pengusaha di perusahaan tersebut. Hal ini, karena, Panasonic adalah perusahaan modal asing Jepang.

"Kembalikan budaya Panasonic. Selama ini Panasonic mengedepankan dialog sosial dan tidak melakukan union busting. Tetapi mengapa Panasonic di Cibitung ini melakukan union busting?" Kata Sekretaris Umum PP SPEE FSPMI Selamet Riyadi di depan Kedubes Jepang.

Salah satu bentuk dugaan union busting adalah PHK terhadap Ketua PUK SPEE FSPMI PT PECGI, Jufrizal. Selain itu, juga ada intimidasi dan kriminalisasi terhadap pengurus serikat pekerja.

Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat SPEE FSPMI Judy Winarno mengatakan bahwa permasalahan ini berawal ketika Jufrizal dan kawan-kawannya membentuk serikat pekerja FSPMI di PT Panasonic Gobel Energy Indonesia. Di perusahaan tersebut sudah ada Serikat Pekerja Panasonic Gobel (SPPG).

“Jufrizal memilih bergabung dengan FSPMI, karena merasa SPPG sudah tidak amanah lagi dalam memperjuangkan hak-hak buruh,” kata Judy.

Sejak FSPMI kembali terbentuk di perusahaan tersebut, terjadilah perselisihan. Ada kemungkinan, SPPG khawatir jika FSPMI dibiarkan membesar, maka seluruh pekerja di perusahaan tersebut akan bergabung dengan FSPMI.

“Kami menduga, karena kedekatan dengan pimpinan perusahaan, mereka menekan FSPMI. Tujuannya adalah untuk membubarkan FSPMI dari perusahaan tersebut,” lanjutnya.

Padahal, menurut Judy, peselisihan antar serikat pekerja bisa diselesaikan melalui PHI. Tetapi karena mereka tidak ingin ada FSPMI di perusahaan tersebut, dibuatlah cara agar FSPMI bubar.

Judy menduga, di perusahaan tersebut banyak pelanggaran. Untuk menutupi pelanggaran tersebut, mereka tidak ingin FSPMI berdiri di sana. Karena khawatir pelanggaran-pelanggaran perusahaan akan dibongkar oleh FSPMI.

Judy mengaku heran dengan sikap Panasonic. Sebab, selama ini, Panasconic di seluruh dunia dikenal sebagai perusahaan yang ramah terhadap serikat pekerja.

“Jangan-jangan di dalam ada oknum yang bermain,” tudingnya, tanpa menyebut nama.

Oleh karena itu, atas nama FSPMI dan buruh Indonesia, Judy meminta agar permasalahan ini menjadi perhatian pihak terkait. Kementerian Ketenagakerjaan, DPR RI sebagai sebagai pengawas dari regulasi, serta pihak Istana harus turun tangan untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini.

“Sebab jika sekelas Panasonic saja dibiarkan, bagaimana dengan nasib perusahaan-perusahaan lain?”