Powered by Blogger.

Mobile Menu

Bola

ShowBiz

Bisnis

Asian Games 2018

CPNS 2018

Liputan9

Liputan9
Liputan9

Menu Bawah

Populer

Follow Us

Advertisement

Top Ads

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

More News

logoblog

Pilpres 2019 Tak Menutup Kemungkinan Capres Tunggal

09 March 2018

Ketua DPP PKS Aboe Bakar Al Habsyi mengatakan, pilpres bukan hanya sebagai salah satu pilar demokrasi, namun juga sebagai sarana evaluasi terhadap kepemimpinan nasional.

"Saat pilpres ini
masyarakat diberikan peluang untuk memilih antara yes or no mau dilanjutkan atau tidak terhadap kepemimpinan yang ada," katanya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (10/3).

Menurutnya, sisi lain Pilpres adalah untuk melakukan regenerasi, agar estafet kepemimpinan ini bergulir kepada mereka yang lebih muda. Iklim demokrasi yang baik akan dapat melahirkan pola kepemimpinan yang dinamis.

"Hal ini ditandai dengan adanya wajah-wajah baru yang tampil sebagai capres dan cawapres. Banyaknya capres dan cawapres yang berlaga dalam Pilplres 2019 dapat menjadi indikator dinamika politik yang terjadi di negeri ini," cetusnya.

Menurut Aboe, semakin banyak capres, berarti suasana politik kita sedang dinamis. Seharusnya, dengan 10 parpol yang ada, dapat memunculkan 3 atau 4 pasang paslon Capres.

Namun realitas politik sepertinya, pemilu 2019 ini bisa jadi hanya akan diikuti dua pasangan calon. Dan bahkan, tidak menutup kemungkinan akan lahir calon tunggal," katanya.

Ada dua faktor utama yang menimbulkan situasi ini, pertama elektabilitas Pak Jokowi nyaris tak terkejar oleh calon yang lain.
Kedua, tentunya partai yang berlaga tidak mau kalah. Sehingga, parpol yang ada akan cenderung merapat kepada pasangan yang berpotensi menang.

"Lahirnya calon tunggal, yang berarti memungkinkan Pak Jokowi akan melawan kotak kosong. Saya kira kasihan pak Jokowi nanti jika harus melawan kotak kosong. Tentunya ini akan menjadi presenden buruk dalam iklim demokrasi Indonesia," katanya.

Aboe menambahkan, hal ini pertanda tidak baik untuk iklim demokrasi di negara kita. Apalagi jika ada keajaiban jika kotak kosong sampai menang, tentunya ini semakin akan memperburuk situasi.

"Para tokoh yang hadir hari ini harusnya memperhatikan situasi ini. Perlu ada kepedulian bersama terhadap situasi ini. Bagaimana kita mempertahanan kualitas demokrasi kita. Baik dari segi penyelenggaraannya, dari independesi penyelenggaranya, hingga pada pesertanya," pungkasnya.