
Evaluasi Proyek Pembangunan Infrastruktur Di Papua
■ Oleh: Muhammad - 05 December 2018Komisi I DPR prihatin atas kasus pembunuhan puluhan pekerja infrastruktur oleh kelompok bersenjata di Papua. Agar kejadian serupa tak terulang dia mengusulkan TNI membangun pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik di Papua.
"Kasus ini tidak boleh kembali terulang. Pembunuhan terhadap pekera proyek ini tindakan tidak beradab. Pemerintah harus melakukan langkah untuk memulihkan kondisi keamanan di Papua," kata anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha, Kamis (6/12).
Syaifullah mengingatkan, akibat kejadian ini bisa membuat pekerja proyek infrastruktur di Papua merasa khawatir akan keselamatannya.
"Saya usul TNI melakukan operasi militer selain perang di Papua. Pembangunan infrastruktur di Papua bisa diserahkan kepada TNI agar aman. Ini untuk menghindari jatuh lebih banyak lagi korban warga sipil. Bila perlu bangun pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik di Papua,” kata politisi PPP ini.
Syaifullah menyarankan, pembangunan infrastruktur di Papua dievaluasi sebelum kondisi keamanan terjamin. Sebelum ada jaminan stabilitas keamanan pembangunan tidak perlu dipaksakan. Diingatkan, pembangunan infrastruktur di tengah ketidakstabilitan keamanan akan memakan banyak korban.
Tokoh asal Kalimantan Selatan ini berharap, aparat keamanan bisa memburu dan menumpas kelompok pelaku pembunuhan terhadap pekerja infrastruktur. Jika dibiarkan keberadaan kelompok ini akan membahayakan stabilitas keamanan di Papua dan citra Indonesia.
"Presiden Jokowi sebenarnya sangat perhatian terhadap pembangunan Papua, tetapi jangan sampai pengorbanan Presiden membangun Papua ini disia-siakan. Jangan lagi ada korban anak bangsa dibunuh kelompok separatis,” katanya.
Syaifullah menilai aksi kelompok bersenjata ini melebihi dari kejahatan terorisme. "Nggak bisa lagi dianggap suatu persoalan yang kecil. Ini persoalan serius. Kelompok kejam ini harus ditumpas,” ujarnya.
Diberitakan, sebanyak 31 orang pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua diduga dibunuh kelompok bersenjata pada Ahad, 2 Desember 2018. Kepolisian Daerah Papua menyatakan hingga Senin, 3 Desember 2018, pukul 22.35 sebanyak 24 orang tewas yang identitasnya telah diketahui.