Powered by Blogger.

Mobile Menu

Bola

ShowBiz

Bisnis

Asian Games 2018

CPNS 2018

Liputan9

Liputan9
Liputan9

Menu Bawah

Populer

Follow Us

Advertisement

Top Ads

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

More News

logoblog

NTB, Darurat Kejahatan Seksual Anak

18 October 2018

Sebut saja namanya Melati. Ia menjadi korban pelampiasan birahi ayah kandungnya, setelah sebulan ditinggal sang ibu ke luar negeri menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Melati yang masih berusia 12 tahun ini baru saja melahirkan Senin (8/10) Subuh WITA lalu lewat operasi caesar. Ia dan Bayinya laki-laki, selamat.

Melati yang belum lama menamatkan Sekolah Dasar ini dikucilkan masyarakat dan trauma berat. "Setelah dapat informasi, kita dampingi terus, kesehatannya kita periksa. Rentan bunuh diri. Sekarang masih di RPSA," kata Agnes Rosalia, Ketua Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bumi Gora, Mataram Nusa Tenggara Barat, Kamis (18/8) lalu.

"Tapi setiap Ia menatap si bayi, pandangannya antara sayang dan dendam," lanjutnya.

Kehamilan Melati diketahui saat hendak berobat ke Puskesmas karena demam tinggi. Saat diperiksa, ternyata Ia hamil lima bulan.  Tepat enam bulan setelah Ibunya mencari peruntungan sebagai TKW.

Kasus Melati adalah satu dari ratusan kasus lain yang baru terangkat ke permukaan. Ibarat gunung es, masih banyak yang belum terungkap. Termasuk percobaan perkosaan dan pelecehan seksual oleh salah seorang dukun sehari setelah gempa pertama.

"NTB urutan ke lima tingkat kekerasan seksual terhadap anak. Terutama lombok," kata Agnes.

Yang tercatat, tahun 2016 dari 200 kasus anak yang ditangani di RSPA Mataram, 90 persen diantaranya adalah kejahatan seksual. Angka itu menurun di tahun 2017 menjadi 150 kasus. Sementara di tahun 2018, dari Januari hingga Oktober baru tercatat 85 kasus.

"Pernah kami seperti transaksi narkoba. Subuh-subuh ditelpon ke bandara ambil bayi. Supaya engga diketahui orang, karena anak tokoh agama," ungkap Agnes.

Selain penanganan di RSPA, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos Edi Suharto juga menekankan pentingnya pencegahan. Salah satu program yang kini kini digencarkan adalah Sakti Peksos Go To School.

"Mereka mengajak anak-anak menghindari pornografi, mengenal karakter predator atau pelaku dan lainnya. Mudah-mudahan kasus kejahatan anak ini menurun," harapnya.

Selain itu, dalam menurunkan trauma anak, khususnya akibat gempa, Kemensos juga menggelar acara One Day for Children, Kamis (18/10). Dalam acara yang turut dihadiri istri Menteri Sosial, Loemongga Agus Gumiwang ini, selain menampilkan pementasan seni dan hiburan bagi anak, Kemensos juga menyerah Tabungan Sosial Anak (TASA). (*)