Wakil bupati kabupaten Aceh Daya (Abdya), Muslizar. MT membuka acara pelatihan 'Seumapa jamee, Narit maja dan Meunasib' dalam rangka peningkatan mutu pemahaman adat, hal tersebut berlangsung di halaman pendopo Wabup Abdya, Selasa (28/8/2018) malam.
Pelatihan adat yang dilaksanakan oleh Majelis Adat Aceh (MAA) ini berlangsung selama dua (2) hari sejak Rabu besok 29 Agustus 2018 di wisma Kana Pakat jalan Iskandar Muda desa Geulumpang Payong kecamatan Blangpidie kabupaten setempat.
Dalam kesempatan itu, Wabup Abdya Muslizar. MT mengatakan dalam hal membangun daerah Abdya itu tidaklah dari satu sektor, melainkan banyak sektor dan salah satunya penguatan adat budaya daerah sendiri.
Pembangunan adat budaya menurut nya juga sangat penting, namun, pemerintah Abdya tak boleh terlalu fokus plot anggaran nya kepada salah satu bidang, sebab, pembangunan bidang yang lain juga sangat dibutuhkan.
"Bukan kita tidak boleh fokus pada sektor adat budaya, tapi anggaran nya juga perlu untuk bidang lain," kata Wabup Muslizar.
Selanjutnya, Wabup Muslizar menegaskan, yang paling terpenting adalah bagaimana adat di Aceh ini khususnya di kabupaten Abdya tidak menjadi beban bagi masyarakat, karena selama ini persoalan adat ini sudah terlalu memberatkan masyarakat.
"Lembaga adat ini bukan hanya 'teupong taweu' (tepung tawar) saat kedatangan tamu-tamu dari luar daerah, tapi bagaimana caranya agar adat budaya kenduri pernikahan dan sunat rasul itu tidak lagi menjadi beban bagi masyarakat, ini yang paling penting," tegas Wabup Abdya Muslizar. MT.
Terhadap yang akan diberikan pelatihan tersebut, yakni pelatihan 'Seumapa jamee, Narit maja dan Meunasib' itu, Wabup Abdya mengapresiasi hal tersebut, sebab itupun salah satu adat budaya Aceh yang perlu dijaga dan dilestarikan bersama.
"Saya mengapresiasi acara pelatihan ini, tapi juga kita menginginkan melalui lembaga Majelis Adat Aceh kabupaten Aceh Barat Daya agar pemuda-pemudi negeri ini cinta dan bangga terhadap budaya sendiri," ungkapnya.
Tak hanya itu, sambung Wabup, sebagaimana 'Narit Maja' Aceh yang selalu didengungkan di tengah-tengah masyarakat Aceh, bahwa 'Mate Aneuk Meupat Jirat, Gadoh Adat Pat Tamita' (Anak meninggal dunia masih ada pusara nya, hilang adat tak kemana dicari), dimana, begitu pentingnya adat ini dijaga dan dipelihara dengan baik, karena adat budaya tersebut merupakan sebuah kekuatan alami yang melekat di setiap jiwa manusia.
"Adat budaya ini sangat perlu dijaga, jangan sempat anak-anak kita lebih menyukai adat budaya luar, disaat adat budaya luar ditarik oleh pemiliknya, maka kita sudah tak ada apa-apa lagi," ucapnya.
Penguatan adat budaya disampaikan Wabup Abdya memang sangat dibutuhkan, persoalan adat ini tentunya guna mencegah masuknya budaya luar, tapi, kita berharap dengan adanya MAA ini adat budaya Aceh yang berlandaskan Islam tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya.
"Selama MAA ini berdiri di Aceh, banyak yang belum berhasil dilakukan, diantaranya budaya menggunakan pakaian ketat masih saja merajalela, kita berharap bukan hanya acara-acara seremonial yang dilakukan, tapi actionnya kepada masyarakat," harap Wabup Abdya Muslizar. MT.
Muslizar mengaku, adat budaya Aceh tersebut memang tidak pernah terlulis di manapun, namun, kekuatan aturan adat itu sangat dihargai di masyarakat, sehingga, kekuatan adat ini selalu dijaga dengan baik.
"Dan, pada pak Keuchik (Kepala desa), jika ada pertikaian di desa coba selesai kan di desa dulu dengan melakukan musyawarah dan adat setempat," akui Wabup Muslizar kepada para Keuchik-keuchik yang hadir.
Acara pembukaan pelatihan adat dan budaya turut hadir Kapolres Abdya dilewati, pengurus MAA Aceh, para Keuchik se kabupaten Abdya dan para kabupaten Abdya.
Muhammad Taufik