Sesepuh masyarakat gampong (desa) Babah Lhung kecamatan Blangpidie kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), M. Arif. LB, menjelaskan kronologi perjalanan perjuangan nya menjadikannya dusun sebagai gampong definitif dihadapan ratusan masyarakat, hal tersebut disampaikan pada acara silaturahmi masyarakat bersama tokoh-tokoh pemekaran gampong, di Mushalla Miftahul Sabil, Rabu (29/8/2018) malam.
M. Arif. LB yang juga mantan Pj Keuchik gampong setempat pada tahun 2010 hingga 2013, menjelaskan secara detail kepada masyarakat, bahwa proses perjuangan pemekaran gampong Babah Lhung dari dusun menjadi gampong pemekaran dan dari pemekaran menjadi definitif, hal ini dilakukan nya guna masyarakat dan generasi selanjutnya mengetahui perjalanan ini.
"Sebelumnya, saya mengajak mari kita ukir kan sejarah gampong kita, gampong kita masih bersih, mari kita jaga bersama-sama, dan gampong kita ini sudah bisa kita wariskan buat anak cucu kita," ajak M. Arif yang juga selaku Ketua Panitia Pemekaran.
Sebelumnya, kata M. Arif di awal pembukaan sambutan nya, gampong Babah Lhung ini merupakan dusun empat (4) gampong Mata Ie kecamatan Blangpidie, ia saat itu menjabat sebagai kepala dusun (Kepala urusan), sedangkan Keuchik ketika itu dijabat oleh Teuku Rasyidin.
"Saya ingin menceritakan dari awal hingga akhir, gampong kita ini sebelum nya dusun 4 desa Mata Ie, dan saya sebagai kepala dusun," M. Arif memulai buka cerita.
Kemudian, timbul ide nya bahwa dusun 4 tersebut perlu dijadikan sebuah gampong definitif dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat, hal ini tentu tak mampu ia menjalankan sendiri-sendiri, sehingga mencari lah dukungan dan masukkan dari sejumlah masyarakat lainnya dalam desa itu.
"Dua belas (12) tokoh saya undang ke rumah saya, dengan tujuan memekarkan dusun 4 menjadi gampong, dan ide itupun diterima, dan saya diangkat sebagai ketua panitia," ujarnya.
Selang dua malam setelah melakukan rapat dengan 12 masyarakat itu, M. Arif. LB kembali mengadakan rapat dengan masyarakat umum guna mencari dan memperluas dukungan, agar ide pengolaan pemerintah yang mandiri tersebut tercapai.
"Rapat pertama dengan masyarakat yang mencapai 200 orang, setelah semua sepakat, saya mencari sumbangan dari masyarakat yang hadir dengan membawa kotak pada masing-masing masyarakat yang hadir, hingga dana terkumpul uang 43.500 rupiah guna pengurusan administrasi," ungkap M. Arif.
Sebagai Ketua Panitia Pemekaran, M. Arif juga mencoba menjumpai salah seorang warganya yang bernama Idrus Hasan guna meminta bantuan dana untuk membuat satu stempel panitia, dan Idrus Hasan pun memenuhi hasrat M. Arif.
"Mengingat dengan uang 43.500 tak cukup mengurus administrasi, saya juga minta bantu pada Idrus Hasan sebanyak 75.000 rupiah untuk membuat stempel proposal," ulasnya, hal tersebut dilakukan nya pada tahun 2005 ketika kabupaten Aceh Barat Daya ini masih Aceh Selatan.
Ketika kabupaten Abdya ini lahir yakni pemekaran dari kabupaten Aceh Selatan, M. Arif cs kembali mengajukan proposal pemekaran gampong pada tahun 2002 yang kala itu Bupati Abdya di jabat oleh almarhum Baharuddin, S.Sos, namun, nasib pemekaran gampong belum beruntung.
"Kemudian bupati Abdya dijabat oleh pak M.Nasir, proposal yang kami ajukan juga tak berhasil, selanjutnya bupati Abdya dijabat pak Burhanuddin Sampe juga tak berhasil, kemudian pak Azwar Umri masih juga tak berhasil," katanya.
Namun, pada saat Bupati Abdya definitif pertama yakni Akmal Ibrahim, SH dan Wabup Syamsurizal, MSi, proposal yang diajukan barulah diterima dan direspon oleh bupati.
"Alhamdulillah saat dijabat oleh Akmal Ibrahim gampong Babah Lhung berhasil, yaitu tepatnya pada tanggal 20 November 2010 gampong kita di mekarkan dan saya diangkat menjadi Keuchik Pj," ungkapnya.
Sambungnya, selama tiga (3) tahun ia menjabat sebagai Pj Keuchik Babah Lhung, ia mengaku mengurus segala administrasi gampong pemekaran guna persiapan menuju definitif, dan saat itu anggaran untuk gampong pun masih disediakan oleh pemerintah kabupaten Abdya.
"Selanjutnya saya dilantik sebagai Keuchik Pj, dan saya menjabat selama 3 tahun dalam proses pemekaran. Saya ucapkan terimakasih kepada pak Akmal atas pemekaran gampong ini," ujar M. Arif. LB.
Tak pernah disangka-sangka, setelah masa jabatan Bupati Akmal Ibrahim pada tahun 2012 saat itu, kabupaten Abdya yang dipimpin oleh Bupati Ir Jufri Hasanuddin, MM, pada tanggal 17 Juli 2014 seluruh gampong pemekaran di Abdya dibatalkan dan segala administrasi gampong dikembalikan ke gampong induk.
"Saat Jufri Hasanuddin Bupati Abdya, saya Pj setahun, pada tanggal 17 Juli 2014 gampong dibatalkan untuk kembali ke desa induk, segala administrasi kembali ke desa induk," sebutnya, seraya mengatakan pada tanggal 12 September 2014 seluruh Kartu Keluarga dan identitas KTP di suruh kembali kan ke Disdukcapil.
"Ibarat kapal sedang berlayar ditengah laut, hendak ditenggelamkan, sehingga, saat itu kami mulai bergerak dan duduk bersama 20 desa di Abdya yang berstatus yang sama," katanya.
Merasa terzalimi dengan sikap pemerintah saat itu yang mengembalikan status gampong pemekaran kepada non status, sebut M. Arif LB, pada tanggal 13 November 2014 seluruh gampong pemekaran melakukan aksi ke kantor bupati Abdya dibawah naungan Almagap, dan menuntut agar bupati Abdya akomodir aspirasi masyarakat 20 gampong pemekaran.
"Saat itu bupati Abdya bersama DPRK terima tuntutan masyarakat, dan berjanji akan membuat qanun pendefinitifan 20 gampong tersebut," timpalnya.
Hal juga dikisahkan nya, pemerintah Abdya waktu itu juga sempat membuat pertemuan dengan para Keuchik gampong pemekaran secara terpisah-pisah.
"Tapi, bupati saat itu melakukan pertemuan dengan Keuchik di Babahrot, Kuala Batee dan Blangpidie, sehingga ditawarkan gampong diperoleh kan dengan catatan tak diberikan anggaran," tambah M. Arif.
M. Ari LB juga berpesan, agar jangan menyia-nyiakan hasil perjuangan ini, dan hal ini tentu sangat lah penting di sampaikan kepada anak-anak muda, dan bila perlu ukirkan sejarah ini dengan tinta emas.
"Pesan saya, jangan sia-siakan hasil perjuangan ini, dan juga pesan saya, Mata Ie itu adalah ibu kita, jika ada sesuatu hal, saya berharap jangan pernah buat keributan dengan Mata Ie," pesannya.
Muhammad Taufik