Sekolah Dagang Hadji Samanhudi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam resmi dibuka oleh Ketua Umum PP Syarikat Islam, Hamdan Zoelva, pada Kamis (1/6) lalu. Sebanyak 20 orang peserta yang lolos dalam proses seleksi mulai April hingga Mei 2017 hadir pada acara pembukaan kelas perdana di Aula Kantor Dagang Syarikat Islam, Jalan Pangeran Diponegoro No. 43 Jakarta itu.
Hadir memberi kuliah perdana adalah Ketua Dewan Ekonomi Syarikat Islam, Andrinof Chaniago. Pada kesempatan tersebut Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas itu memberikan motivasi kepada para peserta untuk memperhatikan secara sungguh-sungguh visi sekolah ini sehingga keberadaannya optimal sesuai harapan.
Andrinof menegaskan bahwa kehadiran pelaku ekonomi muslim amat dibutuhkan bangsa ini. Bukan untuk menambah segregasi rasial, namun untuk menjawab fakta tentang adanya efek-efek kesenjangan di masyarakat.
Kesenjangan telah berdampak sangat buruk yang secara sistemik menyebabkan keterpurukan pelaksanaan program pemerataan pembangunan dan pelemahan fungsi birokrasi dan polpitik terutama karena godaan korupsi. Pelaku ekonomi yang terjebak dalam lingkar kesenjangan amat mudah tergoda untuk menempuh cara-cara tak terpuji dalam upaya memperoleh proyek dan lain sebagainya.
"Sekolah dagang ini adalah jalan untuk mengurangi ketimpangan di tingkat makro yang dapat bersinggungan dengan politik dan sektor lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan suatu gerakan rakyat yang massif dalam hal kewirausahaan. Perlu pelaku usaha baru yang benar-benar tangguh di segala lapisan," tandasnya.
Andrinof mengarahkan agar sekolah ini dapat mendidik peserta untuk dapat terlebih dahulu menyadari bahwa telah terjadi perubahan lingkungan dunia usaha dengan pemanfaatan teknologi informasi. Mengenali lingkungan yang sedang berubah atau bergerak tersebut merupakan tahap awal yang akan menjadi kekuatan wirausahawan baru.
"Dagang tidak lagi harus konvensional dengan pola piker linier, melainkan diletakkan di atas sebuah perubahan mindset yang lebih maju. Selanjutnya harus ada kesanggupan menangkap peluang-peluang dengan melahirkan ide baru atau inovasi yang dikembangkan dari perubahan mindset usaha. Saat ini banyak sumber daya yang menganggur namun tidak tergarap karena miskinnya sentuhan inovasi dan ide baru yang lebih kreatif," imbuh Andrinov.
Tahap berikutnya, kata dia adalah kerja keras dan pengembangan etos dagang yang lebih kuat. Tanpa kesabaran dan kerja keras, usaha apapun yang hendak dikembangkan akan mengalami kegagalan. Saat ini tidak ada pengusaha yang dapat berkembang sendiri dan mengisolasi kelompok lain. Kemampuan mengembangkan jejaring juga harus diperhatikan untuk dapat memulai dan mempertahankan usaha di masa depan.
Pada kesempatan itu juga Ketua Umum PP Syarikat Islam, Hamdan Zoelva, menjelaskan bahwa sekolah ini adalah sebuah implementasi visi Syarikat Islam untuk menjadi ormas yang mengusung "Dakwah Ekonomi" sejak Kongres Nasional ke-40 tahun 2015 di Bandung. Sekolah Dagang Hadji Samanhudi ini akan dikembangkan ke tingkat wilayah dan cabang. Sekolah ini merupakan ikhtiar untuk melahirkan pengusaha muda yang mandiri.
"Melalui metode yang telah dirancang sebelumnya, sekolah ini akan melakukan tahap pra-inkubasi selama dua bulan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang praktik wirausaha yang tepat, dilanjutkan dengan inkubasi dan akselerasi," ulas Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Di sekolah ini, lanjutnya peserta tidak akan mendapatkan ijazah untuk menjadi tiket memperoleh pekerjaan atau menjadi karyawan, namun membekali peserta melahirkan lapangan kerja yang dapat menyerap karyawan. Semoga ikhtiar ini dapat mewujudkan cita-cita Syarikat Islam memperbanyak pengusaha yang pada gilirannya akan menjadi muzakki dan mendidika publik untuk tidak berorientasi menjadi pegawai atau karyawan.
"Sekolah yang dicita-citakan Syarikat Islam adalah sekolah yang memerdekakan. Oleh sebab itu, sekolah ini dirancang untuk menjadikan seseorang hidup secara merdeka," tutup Hamdan. (****)