Powered by Blogger.

Mobile Menu

Bola

ShowBiz

Bisnis

Asian Games 2018

CPNS 2018

Liputan9

Liputan9
Liputan9

Menu Bawah

Populer

Follow Us

Advertisement

Top Ads

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

More News

logoblog

Di Balik Cerita Babi Yang Diburu Pasukan Elit, Viral di Sosmed

29 January 2017
Mengenakan topi koboy berpadu dengan padanan jaket kulit berwarna gelap, inspektur apel siaga pemburu babi memasuki arena dikawal kiri-kanan nya oleh prajurit bertombak. Prajurit berwajah sangar ini mengenakan seragam, dengan cap dibelakangnya AMPB.

AMPB adalah akronim dari Aliansi Masyarakat Pemburu Babi. Pasukan ini dibentuk untuk menjawab keresahan masyarakat akan wabah hama babi yang sangat mengkhawatirkan di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Pasukan khusus ini dibentuk ketika sang inspektur apel siaga menjabat sebagai bupati, periode 2007-2012. Akmal Ibrahim namanya. Jurnalis jebolan Serambi Indonesia, salah satu koran oplah terbesar di Aceh grup Kompas Gramedia. Jabatan terakhirnya Redaktur Pelaksana. 

Dulu, pasukan ini difasilitasi seragam mirip Gegana, pasukan khusus Polri untuk anti teror, penjinakan bom, intelijen, dan anti anarkis. Mereka dibekali fasilitas perburuan dan mendapat insentif khusus agar selalu siaga.

Pasukan ini terorganisir hingga ke akar rumput. Punya kepala satuan masing-masing, dengan nama grup yang berbeda-beda. Mereka juga punya masa perburuan yang terjadwal. Hingga membuat babi-babi di sana tidak bisa hidup tenang.

Pasukan elit ini populer di Kabupaten Aceh Barat Daya dengan sebutan 'Pasukan Let Bui' alias pasukan pemburu babi. Mereka tersebar dalam berbagai nama grup di seluruh desa. Siap diperintahkan kapan saja.

"Mulai hari ini saya umumkan perang untuk seluruh babi dan keturunannya," tegas Akmal dalam arahannya di Apel Siaga Pemburu Babi, Minggu (29/1).

"Kejar, usir, dan bunuh," seru dia, dengan intonasi suara meninggi.

Akmal berdiri tegak memandang seluruh peserta apel siaga diatas podium yang tidak cukup tinggi, sekira 50 senti. Sangat sederhana, dibalut kain panjang masing-masing sisi dengan lebar kurang dari satu meter dengan motif kawung warna coklat. 

Sekedar informasi, kain motif kawung adalah salah satu motif batik yang telah mendapatkan pengakuan dari lembaga Unesco, salah satu lembaga PBB sebagai Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Coraknya mengandung makna yang sangat filosofis. Empat lambing lonjong warna coklat yang meruncing di setiap ujungnya bertemu dengan sisi-sisi runcing lambing yang lain mengandung makna empat arah mata angin. Atau sumber tenaga yang mengelilingi dan berporos pada satu kekuatan. Bentuknya merupakan penampang lintang (irisan, red) dari buah yang memperlihatkan bentuk oval dari keempat bijinya. Dulu batik ini sering dikenakan raja-raja nusantara, mencerminkan pribadi pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu serta menjaga hati nurani.

Berdiri tegak di tengah lapangan, komandan upacara dengan suara lantang memberikan aba-aba. Memberi hormat kepada inspektur upacara. Dia adalah mantan anggota DPRK, atau lazim disebut DPRD di daerah lain. Namanya Muslizar MT. Pensiun dari anggota Dewan, dan keluar dari PAN, partai politik yang dulu menghantarkannya ke kursi parlemen, kini dia memilih aktif sebagai aktivis 'pencari darah'. Hampir 80 persen isi status facebooknya adalah memberi laporan setiap ada pasien di rumah sakit yang membutuhkan darah, atas nama ini, dengan goloingan darah itu, dirawat karna penyakit ini, membutuhkan darah sekian kantong, agar yang ingin mendonorkan darah dapat menghubungi nomor kontak yang sudah tertera.

Setelah darah berhasil didapatkan dan pasien sembuh, biasanya yang bersangkutan mengupload foto wajah-wajah bahagia pasien dan keluarganya. Seraya mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Sekilas, karakter Muslizar sangat penyayang pada manusia, namun sangat beringas pada hama babi.

Aktivis Blood For Life Foundation (BFLF) ini melangkah mantap menghadap inspektur upacara dengan sigap memberi laporan.

"Lapor! Apel siaga dan 'let bui' (buru babi, red) segera dilaksanakan," lapor Muslizar.

"Lanjutkan! Peuget bui bek mangat teunget ngon bek bisa di meucuca di lampoh (bikin babi tidak enak tidur, dan tidak bisa lagi merusak kebun, red) masyarakat Abdya," perintah Inspektur upacara, Akmal Ibrahim.

Hendak menyampaikan arahan, Akmal memberi instruksi istirahat di tempat. 

"Istirahat di tempat, grak," perintahnya, namun terlihat tidak ada respon dari pasukan.

"Meukangkah, grak (kaki dikangkang, grak, red)," ulangnya dalam bahasa Aceh, yang langsung sigap direspon pasukan. 

Ternyata, pasukan khususnya ini harus menggunakan aba-aba dalam bahasa Aceh. Maklum, mayoritas dari pasukan tidak mengerti aba-aba dalam bahasa indonesia. Akmal mengaku lupa, karena lama tidak lagi memimpin apel siaga pasukan elitnya ini. Hampir lima tahun yang lalu.

Kini ia diminta memimpin kembali pasukan. Pasalnya, hama babi kian meresahkan. Sementara pemerintah kabupaten yang berkuasa saat ini tak banyak menaruh perhatian. 

Lama sebelum apel siaga itu, segenap pasukan memintanya untuk kembali menjadi bupati. Akmal mengaku lama menimbang-nimbang. Meski sejumlah partai telah mengajukan tawaran. 

Sebab, temuan hampir semua lembaga survei, baik lokal maupun nasional menunjukkan tingkat elektabilitas (keterpilihan) dan popularitasnya cukup tinggi. Rata-rata berkisar diatas 60-70 persen dari semua bakal calon yang muncul saat itu. 

Lama ia dalam dilema. Banyak sekali yang menurutnya perlu ditimbang-timbang. Apalagi waktu itu, baru saja selesai menghadapi kasus yang cukup pelik, mengganggu pikiran dan suasana kebatinan keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Bagaimana tidak? Ia sempat mendekam beberapa bulan di penjara menunggu kepastian atas tuduhan korupsi Pabrik Kelapa Sawit padanya. Tiga tahun lebih Ia mengemban status tersangka korupsi. Kasus mengambang tanpa kepastian hukum. Kasusnya baru digarap secara serius pada Mei 2015. 

Ada yang unik di fakta di persidangan. Sejumlah saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) sendiri, membantah dakwaan Jaksa. Bahkan ada saksi setelah disumpah, tiba-tiba gagap, bicaranya terbata-bata, lalu digotong keluar pengadilan. Fakta-fakta di persidangan waktu itu membuat seluruh hakim Pengadilan Tipikor Banda Aceh yakin dan secara bulat memutuskan Akmal Ibrahim tidak bersalah. Ia bebas murni. 

Mendadak, tangisan pecah seisi ruangan pengadilan saat itu. Air muka seluruh sahabat dan keluarga yang memenuhi ruang sidang spontan berubah. Semua mata terlihat sayu, sembab dan basah. Tak terkecuali teman-temannya yang dikenal kasar dan sangar selama ini.

"Tok... tok... tok," bunyi palu hakim, memberi putusan. 

Sejurus kemudian, kening Akmal langsung jatuh ke lantai, sujud syukur. Disambut pelukan anak dan istrinya. Mukanya basah dengan air mata. Berita putusan bebasnya headline di semua media di Aceh.

Namun ada yang masih mengganggu pikirannya. Rumahnya terus-terusan didatangi masyarakat meminta agar kembali menjadi bupati. Panglima pemburu babi ini bimbang.

Untuk mendapat jawaban, Ia sempat memutuskan untuk shalat istikharah hingga ke tanah suci. Ia melaksanakan umrah pascaputusan bebas murni dari Pengadilan Tipikor Banda Aceh. Namun Ia mengaku tidak mendapatkan jawaban atau mimpin untuk meyakinkan hatinya.

Pulang umroh, Akmal kemudian menemui sejumlah Ustadz dan ulama kharismatik di daerah barat-selatan Aceh. Ia minta keluangan waktu para Ustadz untuk shalat istikhorah. Satu bulan lamanya.

Sebelum menerima permintaannya, beberapa ustadz sudah memberi nasehat dan pertimbangan atas keyakinan hati mereka, agar Ia kembali mencalonkan diri. Namun, tegas Ia menolaknya. Ia meminta jawaban itu benar-benar keluar dari hasil shalat Istikhorah bukan atas opini pribadi. 

Tak genap sebulan, Ia mendapat telepon dari salah satu murid ulama paling kharismatik di daerah setempat, untuk datang menemui gurunya. Ia adalah Abuya Amran Waly Alkhalidy. Pemimpin pusat kajian Tauhid Tasawuf se Asia Tenggara. Abuya Amran mengatakan bahwa jawaban dari shalat istikharah tidak hanya didapatkan dari mimpi, tetapi juga dari tanda-tanda di kehidupan.

"Tanda-tanda itu berupa kemudahan-kemudahan yang dirasakan, seperti kemudahan akan tuntasnya kasus saat itu. Kemudian dorongan arus yang besar dari berbagai pihak untuk meminta kembali menjadi bupati, dan tidak ada kendala yang menghambat untuk menunaikan satu diantara dua pilihan yang dibimbangkan itu," cerita Akmal, menirukan nasehat Ustadz Abuya Amran Waly.

Pada Kamis (27/10) tahun belakang, Mahkamah Agung mengeluarkan putusan menolak kasasi yang diajukan Jaksa terkait kasusnya yang sudah putus bebas di Pengadilan Tipikor Banda Aceh. Putusan itu keluar bertepatan pada saat pengambilan nomor undian calon bupati. Ia mendapat nomor urut satu.

Belum sampai sehari diposting, foto apel siaga pemburu babi ini viral di sosial media. Ramai dibincangkan netizen. Sebagian besar mengaku salut dan merasa terhibur. Termasuk foto yang diunggah di akun Facebooknya. Hingga berita ini diturunkan, foto di Facebook bernama akun Akmal Ibrahim ini mendapat 652 like, 41 emoticon ketawa, 14 emoticon super dan 5 emoticon wow. Selain itu, foto ini tercatat sudah 20 dibagikan, dan mendapat ratusan komentar. (*)